BAB
FISIOLOGI DAN BEBAN KERJA FISIK
1. Definisi
Fisiologi
(ilmu faal) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme
dan cara kerja organ, jaringan dan sel-sel organisme. Secara garis besar,
kegiatan-kegiatan manusia dapat didefinisikan menjadi dua kegiatan :
a. Kerja fisik (otot)
b. Kerja mental (otak)
Pada
kerja fisik, pengeluaran energi relatif lebih besar dibandingkan beban kerja
mental. Tingkat intensitas kerja optimum umumnya tercipta ketika tidak ada
tekanan dan ketegangan. Tekanan berkenaan dengan beberapa aspek dari aktivitas
manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu tersebut
tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan
konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu tersebut akibat dari
tekanan.
a.
Beban Kerja Fisik
Kerja
fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber
tenaganya dan konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolok ukur
penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Kerja fisik akan mengakibatkan
perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi
melalui :
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
4. Temperatur tubuh
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7. Tingkat penguapan
Metode
pengukuran kerja fisik dapat dilakukan dengan menggunakan standar:
1. Konsep Horse-Power (foot-pounds of work per
minute) oleh Taylor
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur
pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi
Oksigen.
A. Penilaian Beban Kerja Fisik
Menurut Rodahl (1989)
bahwa penilaian beban fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara
objektif, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu
dengan mengukur energy expenditure melalui asupan energi selama bekerja. Semakin
berat kerja maka semakin banyak energi yang dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi konsumsi energi diantaranya adalah metode kerja, sikap kerja, tingkat
kerja dan perancangan peralatan kerja. Sedangkan besarnya konsumsi energi tergantung
pada berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin.
Astuti (1985) merumuskan hubungan
antara energy expenditure dengan
kecepatan denyut jantung yaitu :
Dimana:
Y = energy expenditure operator
(kkal/menit)
x = denyut jantung operator
(denyut/menit)
Untuk
menghitung
konsumsi energynya adalah :
Dimana:
KE =
konsumsi energi suatu kegiatan tertentu (Kkal/menit)
Et =
pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (Kkal/menit)
Ei = pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal/menit).
Metode penilaian tidak
langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam
peningkatan cardiac output dari
istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi
dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh Rodahl (1989) didefinisikan
sebagai Heart Rate Reserve (HR Reserve).
HR Reservetersebut diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Lebih lanjut, Manuaba &
Vanwonteerghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum
karena beban kerja kardiovaskuler (cardiovasculair load = %CVL)yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
Denyut
nadi istirahat = rata – rata denyut nadi
sebelum pekerjaan dimulai
Denyut
nadi kerja = rata – rata denyut nadi
selama bekerja
Denyut
nadi maksimum = (220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur
) untuk
Wanita
2.
Kebutuhan Energi Manusia
Grandjean
(1988) menyatakan pengeluaran energi
untuk metabolisme basal selama waktu istirahat dan konsumsi energi untuk
keperluan pribadi adalah sekitar 2000 – 2300 Kkal. Ini Berarti dalam bekerja
rata-rata dikeluarkan energi sebesar 4,5 – 5 Kkal/menit. Untuk menjaga
kebugaran fisik, setiap hari harus dicukupi kebutuhan energi minimal 3000 Kkal
untuk pria dan 2400 Kkal untuk wanita. [Retno Megawati, 2003]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar